Banjarmasin - Cara bertani sawah warga Suku Banjar yang berada di beberapa wilayah negeri di Negara Malaysia sudah jauh berbeda bila dibandingkan cara tradisional bersawah khas Banjar di Banua atau Kalimantan Selatan, Indonesia.
"Mereka warga Banjar Malaysia sudah menggunakan sistem modern, semua sudah menggunakan mekanik," kata Abdussamad Thalib, Pembantu Dekan Dua, Fakultas pertanian Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin, Kamis.
Hal tersebut dikemukakan Abdussamad Thalib setelah pulang dalam perjalanan mengikuti perjalanan titian muhibah 17-26 Oktober 2014 ke beberapa lokasi pemukiman suku Banjar yang tinggal ratusan tahun di negeri jiran tersebut.
Saat di Malaysia, rombongan dari Forum Silaturahmi Kulaan Banua (FSKB) yang dikoordinir oleh Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin tersebut sempat melihat cara bertani di Bagan Serai dan Sungai Manik, negeri Perak Malaysia.
Di sana rombongan berjumlah 19 orang berbincang dengan seorang tokoh masyarakat Banjar Bagan Serai, Haji Sulaiman yang kala itu menceritakan bahwa cara bertani atau yang disebut bandang warga setempat sudah tak memanfaatkan lagi cara lama masyarakat Banjar seperti layaknya di Banua (Kalimantan Selatan).
Menurut Haji Sulaiman yang mengakui nenek moyangnya dari Kelua Kabupaten Tabalong Kalsel Indonesia tersebut, petani di sana tak lagi "merincah" (menyiapkan lahan) dengan alat tajak, tak lagi "menanjang" (nanam padi) dengan alat tanjang, serta "mengatam" (panen padi) dengan ranggaman (ani-ani) seperti layaknya di Banua.
Tetapi cara kerja bandang di sana sudah semuanya pakai mekanik atau alat mesin pertanian (Alsistan), mereka hanya main perintah atau tunjuk, tak lagi bekerja sebagaimana cara bersawah tradisional.
"Badan kami tak lagi kotor untuk berjebur ke bandang, kami cukup perintahkan kepada pemakai Alsintan untuk mengerjakan semuanya, tinggal membayar upah," tuturnya.
Mulai menyiapkan lahan sampai panen selama tiga bulan semuanya pakai mekanik, maka petani tinggal menerima jumlah padi yang dihasilkan dari alat-alat mesin tersebut.
Bahkan bertani di sini banyak memperoleh bantuan pemerintah (kerajaan) termasuk penyediaan pupuk, bahkan bila sudah panen setiap panen oleh kerajaan diberikan intensif lagi, setiap ton diperhitungkan sekitar 200 ringgit.
"Jika hasil sawah atau bandang 10 ton per hektare-nya, maka bonus kerajaan setiap ton 200 ringgit Malaysia, maka setiap ton petani akan memperoleh sekitar 2000 ringgit, jika setiap petani mengelola 10 hektare bandang maka akan memperoleh bonus kerajaan 20000 ringgit," katanya.
Karena itu petani setempat, selain memperoleh hasil sawah untuk diri sendiri hasil itupun diperhitungkan oleh kerajaan untuk diberikan bonus, maksudnya agar petani giat bekerja untuk menghasilkan pangan bagi kemakmuran masyarakat.
Wilayah pemukiman suku Banjar yang banyak mengelola sawah tersebut, adalah wilayah Bagan Serai dan Sungai Manik ini karena wilayahnya dataran rendah yang berair dan sistem irigasinya di bantu oleh kerajaan.
Dengan cara bertani demikian maka sudah dipastikan setiap petani tampak lebih sejahtera bila dibandingkan dengan petani banua, maka jangan heran jika setiap petani sudah memiliki mobil atau yang disebut warga setempat kereta.
Kunjungan FSKB tersebut bertujuan untuk mempererat hubungan persaudaraan tersebut antara warga Banjar di Malaysia yang ditaksir sekitar dua juta jiwa dengan warga Banjar yang ada di Banua.
Selain saling mengunjungi satu sama lain, cara lain mempererat persaudaraan tersebut melalui pertemanan dan komunikasi melalui jejaring sosial, katanya seperti Facebook ada grup kulaan banjar se-dunia yang sudah beranggotakan 14 ribu orang lebih.
Kaitan saling mengunjungi tersebut sudah pernah dilakukan baik oleh kulaan Banjar Malaysia ke Banua (Kalsel) maupun kulaan Banjar Banua ke Malaysia, dan saling kunjung mengunjungi tersebut akan terus dilakukan, apalagi dari kedua belah pihak ada yang berkaitan berkeluarga.
Untuk kunjungan balasan kedua kulaan Banjar Banua yang dikoordinir Ika Unlam selain silaturahmi, wisata, serta buat dokumenter orang Banjar madam ke Malaysia.
Banyak lokasi yang dikunjungi antara lain ke Kampong Bukit Melintang yang 80 persen penduduknya orang Banjar, mengikuti kegiatan "Mini Karnival Kulaan" kegiatannya berupa demonstrasi membuat wadai (kue) Banjar, kegiatan membaca berjanji, ada penjualan produk2 usaha orang Banjar Malaysia, silaturrahmi, demonstrasi pukong (bapukung).
Ke Universitas Islam Azlan Shah bertemu dengan rektor Nordin Kurdi serta Prof Jamil Hasim yang keturunan Banjar, di Kuala Kangsar.
Rombongan juga Johor Bahru, singgah di Kantor PBM dan Koperasi Kulaan (Ko-Kulaan) di Bangi, pusat wisata negeri Melaka, mengunjungi objek wisata berupa situs warisan (heritage) yang diakui UNESCO, antara lain Pelabuhan Lama dimana terdapat Museum kapal Portugis, Benteng Portugis, Pasar Seni dan Kerajinan cendera mata.
Sumber : Antaranews.com